Author : Dewi (@dw1601)
Genre : Romance, fiction
Rating : General
Format : Series
Cast :
Hwang Hee Gi (OC), Nickhun (2 PM), Victoria (FX), Shin Min Chul (T-Max), Kim
Jun (T-Max), Park Han Bi (T-Max), Joo Chan Yang (T-Max), Choi Gi Won (OC)
This is my first fan fiction... so mianhe if its not perfect *bow*
Gadis manis itu sedang berdiri memandangi teobokki dagangannya. Hari ini dia baru menjual sedikit. Dia
mengusap peluh dikeningnya. Rambut panjangnya diikat dan dijalin menjadi dua.
Walau bermandi peluh dan berpakaian ala lelaki, tetapi dia masih terlihat
manis.
“Yaa! Pencuri! Berhenti kau!”
teriak seorang lelaki berumur yang sedang berlari mengejar pria muda yang
membawa koper. Pria tua tersebut tampak terengah-engah, sementara jarak
diantara dia dan pemuda itu semakin menjauh.
Gadis penjual teobokki yang
melihat ini segera melompat ke depan gerobaknya. Gadis ini lalu menjulurkan
kakinya dengan sengaja. Pemuda pencuri itu langsung tersandung dan jatuh
terguling.
“Ya! Mau apa kau? Jangan ikut
campur!”
“Dasar pencuri! Cepat kembalikan tas itu atau ...”
“Atau apa? Hah! Kau mau mati?”
Pencuri itu berdiri dan menendang gerobak tebokki hingga terguling. Gadis
itu melotot.
“Kurang ajar!”
Gadis itu melancarkan tendangan ke perut pencuri. Pencuri itu mengaduh
sambil membungkuk. Koper ditangannya terlepas. Pencuri itu melihat ke arah sang
gadis yang siap melancarkan pukulan.
“Kau mau lagi? Pergi sana!”
Pencuri itu mundur ketakutan. Dia berbalik arah dan berlari kencang.
Gadis itu tersenyum.
“Ahjussi, gwenchana? Ada yang
hilang?”
Pria berpakaian mewah dan berdasi itu memandang heran. Seperti mengerti
gadis itu tersenyum, sambil menunjuk arah lari si pencuri.
“Mohon maafkan dia, Ahjussi.
Mungkin dia terdesak dan melakukan tindakan konyol itu. Saya mohon masalah ini
tidak diperpanjang,” katanya sambil membungkuk.
“Ahh... gamsahamnida,” pria itu
tampak seperti tersadar lalu turut membungkuk.
“Cheonmaneyo, ahjussi”
Mata pria itu terus menelusuri sang gadis. Ketika melihat liontin yang
dipakai gadis itu, dia lalu terbelalak.
“Gundae, kalau ahjussi tidak apa-apa, saya pergi dulu”
“Gidariseyo! Agesshi, darimana anda dapatkan liontin itu?”
“Mwo? Ah, ini liontin dari ibuku.
Waeyo?”
“Eopseoyo. Aegesshi, nugu seyo?”
“Joneun Hwang Hee Gi imnida. Jwesonghamnida Ahjussi, bila tidak ada perlu lagi, saya pergi dulu”
Pria tua itu seakan hendak mengatakan sesuatu. Belum sempat dia mengucapkan
kata-kata, handphone ditangannya
berbunyi. Setelah berbicara sebentar, dia menutup telepon dan menoleh ke tempat
gadis penolongnya. Ternyata Hwang Hee Gi telah pergi membawa gerobaknya.
“Gadis itu ...”
**********
“Hwang Hee Gi babo!” maki gadis
penjual tebokki itu di suatu tempat.
“Ibu sudah mengatakan agar aku tidak memperlihatkan liontin ini pada sembarang
orang!” gadis itu memukul kepalanya sendiri. Dia lalu berjalan di sebuah
kompleks perumahan kecil. Setelah tiba pada sebuah rumah yang paling kecil, dia
lalu memasuki pintunya.
“Aku pulang!”
Terdengar suara batuk.
“Hee Gi-ah, kau sudah pulang
nak?”
“Eomma, sudah makan? Sudah minum
obat? Kenapa masih batuk terus? Sebentar Hee Gi masakkan nasi dan sayur,” gadis
itu tampak sibuk sendiri. Dia berjalan mondar-mandir dan mengaduk-aduk lemari
pendingin. Sesaat dia menoleh pada ibunya.
“Eomma...” kata-katanya
menghilang. Bila dia bercerita tentang pria yang tampak mengenali liontinnya, eommanya pasti marah.
“Ah, tidak apa-apa. Eomma mau
makan apa?”
Ibunya tersenyum, “terserah kau saja”
Lalu gadis itu pun kembali pada kesibukannya.
***********
Ketukan di pintu membangunkan Hwang Hee Gi dari tidur.
“Ya! Berisik sekali! Kalian pikir
ini jam berapa?” teriak Hee Gi sambil membuka pintu dengan kesal.
“Annyong haseo. Nona Hwang Hee
Gi, betul?”
Wajah tampan seorang pemuda tersenyum di depan Hwang Hee Gi. Matanya yang
bulat berkacamata dan senyumnya yang menggoda membuat Hwang Hee Gi terpana.
“Geureojimaseyo! Minggir Khunnie!
Kau selalu seperti itu bila di depan seorang gadis”
Sosok tubuh yang ramping mendesak pemuda tampan yang dipanggil Khunnie
tersebut. Pemuda itu terdorong ke samping.
“Tapi...” protes Khunnie berhenti ketika gadis ramping didepannya melotot.
Omo, gadis ini cantik sekali! Teriak Hwang Hee Gi
dalam hati.
“Perkenalkan, kami assosiate
pengacara keluarga Choi. Saya Victoria dan ini Nickhun. Kami berharap, Hwang
Hee Gi agesshi dapat ikut...”
“Andwaeee!”
Hwang Hee Gi menoleh ke belakang.
Tampak ibunya tertatih-tatih berdiri.
“Eomma!” Hwang Hee Gi segera
berlari dan memapah ibunya.
“Seharusnya eomma tidak boleh
bangun”
“Kau... tidak boleh... pergi dengan... dengan marga Choi itu!” kata ibunya
tersengal-sengal.
“Nyonya Hwang, bila...”
“Andwae! Andwae! Jongmal andwaeyo!
Uhuk... uhukk... uhhuukk!” Ibu Hwang Hee Gi terbatuk-batuk hebat setelah
berteriak.
Victoria tampak membeku di depan pintu. Hwang Hee Gi menatap mereka dengan
perasaan marah tetapi penasaran.
“Bila eomma berkata aku tidak
boleh pergi, aku tidak akan pergi! Sekarang, silahkan kalian keluar”
“Tapi...”
“Keluar!”
Victoria dengan cemberut berbalik arah dan diikuti Nickhun mereka berjalan
menjauh.
Sepeninggal kedua pemuda tersebut, Hwang Hee Gi memapah tubuh ibunya
kembali ke kasur. Setelah menyelimutinya, Hwang Hee Gi hendak berdiri tetapi
tangan ibunya menghentikannya.
“Kau tidak akan pergi ke keluarga Choi itu kan?”
“Tentu tidak, eomma”
“Berjanjilah!”
“Eomma...”
“Berjanjilah!”
Menelan segala rasa penasarannya, Hwang Hee Gi menunduk.
“Ne, eomma”
**********
Selama beberapa hari setelahnya, kedua orang yang mengaku assosiate pengacara keluarga Choi tetap
berusaha membujuk Hwang Hee Gi. Sayangnya bujukan mereka selalu berakhir dengan
kekecewaan. Hingga pada suatu hari....
“Kebakaran! Kebakaraaan! Kebakaraaaaaan!”
Tampak orang-orang berteriak panik menabrak Hwang Hee Gi yang tengah
mendorong gerobak tebokkinya. Hwang Hee Gi segera menyadari rumah siapa yang
terbakar. Panik segera merubah mukanya. Dia berlari dengan meninggalkan gerobak
tebokkinya.
“Eomma! Eommaaa! Eommmaaaaa!”
Melihat kenekatan Hwang Hee Gi yang hendak menerobos api didepannya. Sebuah
tangan menahannya. Hwang Hee Gi meronta-ronta. Hingga satu suara mengalahkan
teriakannya.
“Tenang Hwang-agesshi, tenang!”
Hwang Hee Gi yang mengenali suara itu segera berbalik.
“Kauuuu...” Melihat siapa yang menahannya, dia semakin murka.
“Maaf,” tangan Nickhun yang melingkari pinggang Hwang Hee Gi segera
terlepas. “Aku...”
Plaaakk! Belum sempat Nickhun menjelaskan, sebuah tamparan melayang di
pipinya.
“Kalian yang membuat semua ini! Kalian membuat ini agar aku mau pergi
dengan kalian! Kalian...”
Tangan Hwang Hee Gi terhenti di udara. Matanya memandang sosok Victoria
yang sedang berdiri di samping dipan beroda yang siap dimasukkan ke dalam
ambulan. Sosok ibunya tampak terbaring dengan mata terpejam.
“Eommaaaaaa...!” Hwang Hee Gi
berlari ke arah mobil tersebut. Dia mencoba naik ke mobil itu.
“Nuguseyo?” tanya petugas
paramedik.
“Aku anak wanita ini”
Petugas itu segera memberi tempat agar Hwang Hee Gi bisa naik.
“Seharusnya anda berterima kasih kepada mereka, karena telah menyelamatkan
ibumu” kata petugas itu sambil menunjuk Victoria dan Nickhun yang masih
memegang pipinya. Hwang Hee Gi terbelalak, namun sebelum sempat mengucapkan
terima kasih, pintu ambulan telah ditutup dan mobil itupun mulai berjalan.
**********
Di rumah sakit tampak Hwang Hee Gi duduk di samping ibunya yang terbaring
dengan selang infus di tangannya. Tiba-tiba seseorang menepuk pundaknya dan
berkata, “Saya ingin bicara dengan anda”
Hwang Hee Gi berjalan masuk dan duduk di ruang yang ditunjuk dokter
tersebut.
“Bagaimana kondisi ibu saya, sonsaengnim?”
“Sejujurnya, luka akibat kebakaran itu tidak terlalu serius”
Hwang Hee Gi bernafas lega.
“Gundae... ada kelainan pada
paru-paru ibumu. Semacam kanker yang berkembang cepat dan hampir mencapai
stadium akhir”
Hwang Hee Gi terkesiap. Dia berdiri dari tempat duduknya. Dokter itu
memandangnya prihatin. Merasakan kakinya lemas, Hwang Hee Gi kembali terduduk.
“Kanker ibumu harus segera diangkat. Bila sampai menyebar, hal itu sangat
berbahaya. Kondisi ini dapat menyebabkan kematian pada ibumu”
“Hajiman...” Hwang Hee Gi menelan
ludah.
Seakan membaca pikirannya, dokter itu menghela nafas.
“Memang operasi ini sangat berbahaya dan sangat mahal. Tetapi demi
kesembuhan ibumu...”
Hwang Hee Gi hampir tidak mendengarkan kata-kata dokter berikutnya. Ketika
keluar dari ruang praktek dokter tersebut, dia hampir tidak sanggup berjalan.
200 juta won! 200 juta won! Bagaimana aku bisa mendapatkan uang sebanyak
itu?
Pandangan Hwang Hee Gi, mendadak kabur. Ketika dia terhuyung dan hampir
jatuh, sepasang tangan menangkapnya. Hwang Hee Gi menegakkan tubuhnya dan
membungkuk.
“Jweisonghamida...” Hwang Hee Gi
melihat si pemilik tangan. Tampak wajah Nickhun.
Seakan ada kilat menyambar, Hwang Hee Gi berkata penuh kecemasan. Dia
menarik kerah baju Khunnie yang tampak terkejut.
“Marga Choi... apakah marga Choi ini adalah orang kaya?”
“Terkaya di seluruh Korea Selatan,” kata Victoria. Hwang Hee Gi menoleh.
“Dan dia akan... akan membayar berapapun... berapapun yang kuminta jika aku
ikut dengan kalian”
“Ne”
Tidak butuh waktu lama bagi Hwang Hee Gi untuk memutuskan.
“Aku ikut kalian”
**********
Mobil limousine hitam itu
berjalan terus hingga ke sebuah gerbang besi tinggi. Setelah berhenti sebentar
untuk melapor pada petugas yang menjaga, gerbang itu terbuka. Mobil kembali bergerak.
Hwang Hee Gi yang duduk di dalam mobil tampak terpesona. Padang rumput nan hijau
penuh dengan hamparan warna-warni bunga menyambut mereka. Bunga-bunga tersebut
tampak ditanam dan disusun dengan rapi. Sebuah danau berair biru tampak di
kejauhan. Mobil terus melaju di jalan beraspal yang di kiri dan kanannya
dinaungi pepohonan rindang.
Setelah jalan panjang yang seperti tidak berakhir, mobil akhirnya berhenti
disebuah istana besar. Para pelayan tampak berbaris rapi di kiri dan kanan
jalan menuju pintu. Ketika Hwang Hee Gi turun, para pelayan tersebut tampak
menunduk hormat kepadanya. Hwang Hee Gi yang sungkan juga menunduk pada mereka.
Nickhun memperhatikannya sambil tersenyum geli. Victoria berjalan dengan angkuh
seakan tidak memperdulikan apapun.
Bagian dalam ruangan ternyata lebih hebat! Ruang tamu yang luas dengan ubin
marmer. Chandelier kristal tergantung
di langit-langit. Tangga berputar yang menuju lantai atas dengan pegangan ukir
bermotif rumit. Sebuah piano mewah di sebuah sudut dekat dengan perapian. Kesegaran
di dalam ruangan semakin marak dengan hiasan bunga-bunga yang indah. Hwang Hee
Gi tampak terpesona.
“Selamat datang di Flower’s House”
Hwang Hee Gi tampak kaget. Seorang pemuda tampan tengah turun dari tangga.
“Jadi ini calon penerus keluarga Choi yang hilang?”
Seorang pemuda lain tampak keluar dari sebuah ruangan. Disampingnya tampak
satu pemuda tampan yang lebih muda memandang Hwang Hee Gi.
“Victoria-ssi, benarkah gadis ini
adalah keluarga Choi? Kalian tidak salah? Gadis ini, bagaimana mengatakannya?
Sangat... kotor”
“Han Bi-ah!” sebuah suara
menegurnya. Tampak pemuda lain yang tidak kalah tampan menutup buku yang tadi
dibacanya. Hwang Hee Gi baru menyadari, ternyata pemuda ini sedari tadi duduk
di kursi berlengan dekat dengan lemari buku yang tinggi. Pemuda ini melepas
kacamata yang dipakainya dan memandang Hwang Hee Gi dengan tatapan dingin.
“Tapi, Jun-hyung”
“Cukup”
Pemuda yang dipanggil Han Bi ini menoleh ke arah pemuda disampingnya.
“Chan Yang-hyung...” kata-katanya
terhenti dengan tatapan mata yang seolah-olah mengatakan, “sudahlah, turuti
saja”
Nickhun bertepuk tangan dengan riang.
“Baiklah, karena semua pemeran utama sudah berkumpul, kaja! Mari Kita ke ruang
pertemuan”
Pemuda di tangga tersebut menghampiri Victoria.
“Victoria-ssi, masih masam
seperti biasa”
“Min chul-ssi” jawab Victoria
sambil menundukkan kepala sedikit.
“Sayang sekali, padahal kau cantik bila tersenyum. Jeongmal yeppeuna”
Dahi Victoria kembali berkerut.
“Mian... mian...” Min Chul tampak menyerah. Pandangannya teralih pada Hwang
Hee Gi, “Yeoja i, nuguseyo?”
“Pertanyaan anda akan terjawab di ruang pertemuan, Min Chul-ssi. Silahkan” kata Nickhun sopan.
Semua bergerak ke dalam ruang pertemuan yang ada di bagian tengah rumah.
Ketika semua orang sudah duduk dibangku yang mengelilingi sebuah meja panjang,
Hwang Hee Gi menyadari sesuatu. Ke empat pemuda yang baru dilihatnya ternyata
tengah memandang penuh rasa ingin tahu terhadapnya. Hwang Hee Gi sangat risih.
Terutama pada mata tajam pemuda yang tadi membaca buku, tanpa disadari
keberadaannya. Para pemuda tersebut sangat tampan dengan pakaian yang rapi dan
tampak mahal. Hwang Hee Gi melirik pakaiannya sendiri. Celana jeans usang dengan kaos yang penuh
keringat. Setelah dari rumah sakit, dia tidak sempat berganti pakaian. Mendadak
dia merasa salah tempat.
“Baiklah, pertemuan ini kita mulai”
Victoria menyalakan layar LCD besar yang berada diujung meja. Semua mata
mengarah pada layar.
Di dalam layar tampak seorang lelaki tua tengah terbaring di sebuah ranjang
besar. Sepertinya, kesehatan pria tersebut kurang begitu baik. Hal ini terlihat
dari sibuknya seorang pria berpakaian dokter yang menjaga disampingnya. Pria
itu kemudian memberi isyarat agar dokter melepas alat bantu pernafasan agar
dapat berbicara. Wajah pria tersebut sangat berwibawa. Walau kerut usia
terlihat jelas, tetapi wajahnya masih memperlihatkan ketampanan. Suaranya yang
dalam segera menyapa semua yang hadir.
“Selamat pagi, semua. Namaku Choi Gi Won. Aku adalah pemilik rumah ini. Di
ruangan ini terdapat keempat anak lelakiku. Mari kuperkenalkan, mereka adalah
Shin Min Chul,”
Shin Min Chul mengedipkan sebelah matanya.
“Kim Hyung Joon,”
“Yo” Kim Hyung Joon melambaikan
tangannya dengan segan.
“Joo Chan yang,”
“Annyonghaseyo” Joo Chan Yang
menunduk hormat.
“Park Han Bi”
“Hai!” Park Han Bi mengangkat tangan seperti murid yang hendak menjawab
pertanyaan gurunya.
“Kalian pasti bertanya kenapa keempat marga anak ini berbeda?”
Choi Gi Won menatap seluruh ruangan.
“Dugaan kalian tepat. Mereka berasal dari ibu yang berbeda. Walaupun aku
sangat menyayangi semua ibu mereka, tetapi ada seorang wanita yang tidak dapat
aku lupakan. Wanita ini telah bertahun-tahun meninggalkanku. Setelah
bertahun-tahun mencari jejaknya, aku baru mengetahui ternyata wanita ini pergi ketika
sedang mengandung anakku”
Kegelisahan terjadi di ruang pertemuan. Seakan tidak peduli, Choi Gi Won
melanjutkan.
“Setelah mengetahui ada seorang pewarisku dari seorang wanita yang sangat
kucintai di luar sana, aku segera mencarinya. Setelah 7 tahun, aku baru menemukan
mereka. Akhirnya, aku dapat menikahinya dan mengajaknya tinggal di rumah ini”
Choi Gi Won menarik nafas.
“Sayangnya kisah bahagia harus berakhir setahun kemudian. Seorang
pembantuku menculik dan membawa lari anak perempuanku. Aku sangat marah.
Pencarian besar-besaran segera ku kerahkan, namun perempuan itu seakan
menghilang tanpa jejak. Karena kesedihan yang mendalam, istriku sakit parah dan
meninggal dunia. Aku tidak akan memaafkan perempuan yang menculik anakku!”
Semua yang ada di dalam ruangan terdiam saat mendengar nada kemarahan Choi
Gi Won.
“Tiga hari yang lalu, pengacara keluarga Choi melaporkan melihat lambang
keluarga Choi”
Tampak raut wajah pria yang dikenali Hwang Hee Gi sebagai pria yang pernah
ditolongnya dari pencuri tas.
“Ahjussi, anda rupanya...”
“Sttt...” suara Victoria membuat Hwang Hee Gi terdiam.
Choi Gi Won kembali melanjutkan ucapannya.
“Hwang Hee Gi, kaulah gadis yang memiliki liontin berlambang keluarga Choi.
Maka, kau adalah anakku yang hilang. Namun, sebelum kau dapat diakui sebagai
pewaris sah keluarga Choi, kau harus menyelesaikan lima tugas dariku. Tugas-tugas
ini hanya dapat dikerjakan oleh pewaris sah keluarga Choi. Sementara itu, kau
harus tinggal di rumah ini bersama keempat putraku selama satu tahun”
“Gundae, eomoni eotokheyo?”
Mata Choi Gi Won tampak penuh dengan amarah.
“Geunyeo ommoni anieyo! Bahkan
seharusnya, dia dihukum berat atas penculikan yang dilakukannya!!”
“Hajiman, dia tetap ibu yang
merawat dan membesarkanku!” Hwang Hee Gi bersikeras. “Bahkan, kau akan
memberikan biaya operasi, bila aku mau ikut”
Hwang Hee Gi menatap Victoria dengan kesal.
“Hal itu akan dilakukan!” jawab Choi Gi Won. “Tapi setelah itu dia harus dipenjara”
“Andwaeeee! Bila anda lakukan
itu, aku akan membuang hak warisku!”
Semua yang ada dalam ruangan tersebut terpana. Tidak ada seorangpun
sebelumnya yang berani menentang ucapan Choi Gi Won. Pria di layar itupun
tampak terpana dan kagum atas keberanian Hwang Hee Gi.
“Ya! Neo bijjousho?” bisik Han Bi yang duduk di depan Hwang Hee Gi.
Choi Gi Won mengangkat tangan.
“Johayo, aku akan memberikan
biaya operasi hingga wanita itu sembuh. Aku juga tidak akan menghukumnya.
Dengan satu syarat, kau harus memutuskan semua hubunganmu dengannya!”
“Ini tidak mungkin!” Hwang Hee Gi menemukan suaranya. “Memutuskan hubungan?
Aku tidak mungkin melupakan ibuku! Andwaeyo!
Jeongmal andwaeyo!”
“Kalau begitu, wanita itu akan dipenjara! Pilih Hee Gi, memutuskan hubungan
atau melihat wanita itu dipenjara! Waktumu satu hari untuk memutuskan!”
Bayangan Choi Gi Won menghilang dan layar LCD itu menghitam. Semua orang
tampak masih sibuk dengan pikirannya masing-masing.
“Kalian sudah mendengar ucapan tuan Choi. Hwang Hee Gi, berikan keputusanmu
besok! Aku tidak menerima jawaban sekarang. Aku hanya menerima kata ya atau
tidak, besok. Selamat siang semua” kata Victoria dingin. Dia mulai membereskan
berkas-berkasnya lalu melangkah keluar.
“Aku...”
Hwang Hee Gi tidak dapat meneruskan ucapannya. Kepalanya tertunduk. Satu
per satu orang yang ada di dalam ruangan itu mulai keluar. Hwang Hee Gi masih
terduduk, ketika Kim Hyung Joon berjalan mendekati kursinya. Jantung Hwang Hee
Gi sedikit bergetar saat pemuda itu membungkuk disampingnya. Kim Hyung Joon
sangat dekat saat membisikkan sesuatu ditelinganya.
“Kami juga tidak mau kau, pergi!” bisiknya dingin.
Hwang Hee Gi menggigil. Mendadak dia sangat membenci pemuda tampan yang
satu itu.
**********
Nah lo, habis deh! Gimana yah nasibnya Hwang Hee Gi? Lima tugasnya apa saja
ya? Baca aja kelanjutannya setelah penulis bertapa buat nyari ide... hehehe... annyeong!